jump to navigation

EMANSIPASI WANITA DI MATA ISLAM Juni 16, 2007

Posted by arifardiyansah in Dunia Akhwat.
trackback

Banyak orang mengira bahwa factor kemunduran suatu bangsa berasal dari kemunduran mereka di bidang industri atau militer atau lemahnya ekonomi. Bila suatu bangsa dapat menguasai semua itu maka akan menjadi bangsa terdepan dan terkuat dalam memimpin bangsa-bangsa lain.

Tetapi bila kita renungkan secara seksama penyataan tersebut sangat keliru dan penuh dengan kabut yang menutupi mata orang yang berpendapat demikian, sehingga tidak mampu memandang secara sempurna. Kelemahan umat yang sebenarnya adlah karena umat mengalami krisis moralitas dan kualitas sebagai sumber daya manusia baik dari segi intelektual, pemahaman dan kadar kemampuan.

 

 

WANITA PENYEBANYA ?

Wanita, merupakan bagian terbesar dari komunitas masyarakat secara umum. Apabila mereka baik, maka masyarakatpun akan menjadi baik. Sebaliknya apabila mereka rusak, maka rusaklah masyarakat itu. Sungguh, apabila mereka benar-benar memahami agama, menjaga kehormatan, hukum dan syariat Allah, niscaya mereka akan mapu melahirkan generasi-generasi yang tangguh dan berguna untuk memajukan suatu bangsa.

 

WANITA TERJERAT

Sebuah propaganda busuk kaum kafir yang bertajuk emansipasi dengan dalih mengangkat derajat wanita atau dikatakan sebagai pembebasan wanita, justru akan mengeluarkan wanita dari agama dan syariat Nabi-Nya saw, ke jalanyang amat jauh dari jalan yang diridhoi Allah. Mereka hendak mengubah aqidah dan agama Allah menjadi sebuah ideology buatan manusia yang penuh hawa nafsu. Wanita terjajah, terjerat, terekploitasi habis-habisan, dan mudah dinikmati siapa saja.

Para penyeru kebebasan wanita berusaha sekuat tenaga menodai kehormatan dan kedudukan para wanita, menyeret wanita agar memiliki kedudukan yang setara dengan laki-laki, agar wanita meninggalkan busana muslimahnya (jilbab), agar wanita berhias secantik mungkin, supel, feminim, tampil menawan bagi kaum laki-laki ketika keluar dari rumahnya. Semuanya nampak manis dan menggiurkan, namun pada hakekatnya pahit dan menghancurkan.

Emansipasi hanya akan menghancurkan sendi dan kaidah dasar kehidupan masyarkat untuk menebarkan benih kebebasan dan pemikiran sesat yang membuat hidup egois dan angkuh. Melalui sarana informasi, kaum wanita sangat mudah diekspos, bahkan dikomersialkan. Akhirnya wanita tidak memiliki harapan untuk menjadi seorang istri, ibu, saudara, atau anak yang taat. Tabiat wanita berubah menjadi jalang, beringas dan reaktif seperti laki-laki. Anehnya, mereka malah menyukai, dan merasa bangga bisa seperti laki-laki, amat langka sekali wanita yang membencinya. Benarlah sabda Nabi Muhammad saw :

Tidaklah aku tinggalkan fitnah yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki daripada fitnahnya kaum wanita (Muttafaqun alaihi)

WANITA KORBAN SEKULERISME

Gerakan emansipasi wanita ini sebenarnya tumbuh subur dari akar system sekuler tatkala mereka memisahkan nilai agama dari kehidupan, mengganti dengan pemikiran yang bersumber dari ideology materialisme, rasionalisme, komunisme, kapitalisme, nasionalisme, sosialisme serta liberalisme. Semua pemikiran tersebut berangkat dari sikap penolakan wahyu dan mengingkari adanya Allah sehingga menuhankan diri sendiri dan membuat aturan sendiri. Emansipasi wanita sangat giat dalam memutarbalikkan jebenaran dan pemahaman yang dipengaruhi oleh kepentingan materi serta pemikiran social untuk menghilangkan nilai agama dan melunturkan aqidah bahkan mempromosikan pemikiran atheis.

Hak asasi wanita menurut konsep mereka adalah dengan menelantarkan pekerjaan rumah tangga, mengabaikan dalam mengasuh anak, karena pekerjaan rumah tangga adalah sebagai bentuk usaha yang tidak menghasilkan keuntungan materi, dan merupakan tugas sampingan yang bersifat sukarela dan menyibukkan wanita di rumah akan membunuh kreatifitas dan potensi SDM. Bagaimana bisa mendidik anak, menjaga martabat, membina keutuhan keluarga dan menciptakan ketenangan jiwa, jika semua itu mereka anggap merugikan dan membunuh kreatifitas? Justru orang yang tidak kreatiflah yang berfikiran seperti itu. Wanita sebagai ibu rumah tangga tetap bisa mengeluarkan kreatifitasnya. Yaitu dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan di rumah yang sesuai dengan tabiatnya. Seperti menjahit, memasak, merawat tanaman, dan sebagainya.

 

WANITA TETAP MERUGI

Semua orang yang berakal sehat pasti paham bahwa cita-cita pembebasan wanita dari dalam rumahnya hanya akan berujung pada kerusakan. Meskipun mereka benar-benar telah memberi kebebasan dan mengadakan pembelaan tetapi tetap saja mereka meletakkan wanita pada barisan yang paling belakang dalam tingkat kemampuan, jabatan dan SDM, walaupun wanita telah menguras keringat dan banting tulang siang malam. Apabila wanita sudah gandrung keluar rumah, dampak yang timbl adalah kehancuran social, dan tatanan masyarakat yang porak poranda. Wanita dengan terpaksa (atau dengan senang hati) melepas prinsip dan nilai dasar kehidupan untuk menyesuaikan dengan tuntutan zaman, kemudian dia harus melangkahi naluri untuk mendapatkan peluang kerja dan usaha serra untuk mempertahankan hidupnya, kemudian wanita harus bertopeng seram dengan model pakaian yang melawan fitrahnya untuk bisa bersaing dan menarik perhatian. Mereka yang berkoar tentang emansipasi dan pergaulan bebas atas kemajuan adalah pembohong dilihat dari dua sebab : pertama, karena itu semua mereka lakukan hanya untuk memberi kepuasan pada diri mereka sendiri, memberikan kenikmatan-kenikmatan melihat anggota badan yang terbuka dan kenikmatan lain yang mereka bayangkan. Kedua, karena mereka adalah para makmum bangsa Eropa, manjadikan eropa bagaikan kiblat, dan mereka tidak dapat memahami kebenaran kecuali apa-apa yang datang dari Paris, Itali, London, New York dan Negara kaum kafir lainnya. Sekalipun berupa dansa, pergaulan bebas di sekolah, buka aurat di lapangan, telanjang di kolam renang atau pantai. Bagi mereka kebatilan adalah segala yang datang dari timur, sekolah-sekolah Islam, dan masjid-masjid walaupun berupa kehormatan, kemuliaan, kesucian dan petunjuk. Seperti perkataan bahwa orang arab yang poligami itu karena libido mereka tinggi, dan dengan pergaulan bebas dapat mengurangi nafsu birahi, mendidik watak dan menekan libido.

 

 

 

WANITA MERAMBAH KEHIDUPAN

Emansipasi berasal dari bahasa latin “emancipatio” yang artinya pembebasan dari tangan kekuasaan. Di zaman Romawi dulu, membebaskan seorang anak yang belum dewasa dari kekuasaan orang tua, sama halnya dengan mengangkat hak dan derajatnya. Adapun makna emansipasi wanita adalah perjuangan sejak abad ke 14 M, dalam rangka memperoleh persamaan hak dan kebebasan seperti hak kaum laki-laki (Kamus ilmiah Populer hal 74-75). Jadi para penyeru emansipasi wanita menginginkan agar para wanita disejajarkan dengan kaum pria di segala bidang kehidupan.

Emansipasi Pendidikan

Mereka menyerukan agar para wanita menuntut ilmu di bangku-bangku perguruan tinggi, sekalipun harus mengorbankan nilai-nilai agamanya. Seperti ikhtilath, bepergian tanpa mahram, pergaulan bebas, bersikap toleran terhadap kemungkaran yang ada di depan mata, yang penting dapat ijazah dan bergelar.

 

Emansipasi Pekerjaan

Jika telah menyelesaikan pendidikan, wanita dituntut bekerja di lingkungan luar dan kasar mengingkari kodratnya, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Wanita memasuki sector-sektor pekerjaan kaum laki-laki, bercampur baur dengan mereka. Semestinya kaum wanita menjadikan rumahnya seperti istananya, karena memang rumah adalah medan kerja mereka.

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang’orang jahiliah yang dahulu (Al-Ahzab:33).

Rasulullah bersabda :

“Dan wanita adalah penanggung jawab di dalam rumah suaminya, ia akan dimintai pertanggungjawaban atas tugasnya (HR. Bukhari Muslim).

Pada hakekatnya Allah tidaklah membebani kaum wanita untuk bekerja mencari nafkah keluarga, karena itu merupakan kewajiban kaum laki-laki.

“Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf (baik) (Al-Baqarah:233).

Emansipasi Pemerintahan dan Politik

Hal ini terjadi disebabkan antusiasnya kaum hawa untuk terjun dalam kancah politik. Bahkan kalau perlu dan bisa (dengan memaksa) ketuanya adalah wanita. Padahal anggota (yang dipimpinnya) mayoritas terdiri dari kaum laki-laki. Ada sebuah partai politik (yang membawa bendera Islam) dalam negeri yang memasang slogan bahwa para wanita dijamin mendapatkan jabatan dalam pemerintahannya hingga 30 % dari anggota pemerintah. Lagi-lagi dengan dalih pemberdayaan wanita.

Hal ini sangat bertentangan dengan firman Allah swt:

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) (An-Nisa’:34)

“ Dan orang laki-laki tidaklah sama seperti orang perempuan (Ali Imron:36)

 

WANITA MEMANG SALAH

Apabila wanita (ibu) sudah suka keluar rumah, bahkan itu dianggap sebagai kewajiban maka tak heran jika timbul berbagai dampak yang mengerikan.

  1. Timbulnya pengangguran bagi kaum laki-laki. Sebab lapangan pekerjaan telah dibanjiri oleh kebanyakan kaum wanita.
  2. pecahnya keharmonisan rumah tangga. Sebab sang ibu lalai dengan tugas-tugas utamanya dalam rumah seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah, melayani suami dan anggota keluarga. Akibatnya rumah berantakan tak terurus.
  3. Keadaan perkembangan anak jadi kurang terkontrol. Lantaran ayah dan ibu sibuk bekerja di luar rumah. Dari celah inilah, akhirnya muncul dengan subur kenakalan anak-anak dan remaja.
  4. Terjadinya percekcokan dan perseteruan antara suami-istri, karena ketika suami menuntut pelayanan dari sang istri dengan sebaik-baiknya, si istri merasa capek dan lelah, lantaran seharian kerja di luar rumah.
  5. Terjadinya perselingkuhan, karena suburnya budaya ikhtilath dan tabarruj. Perselingkuhan bisa juga disebabkan dari sisi dalam rumah, jika ketika suami ada di rumah dan istri sering tidak ada di rumah, tak jarang terjadi perselingkuhan antara pembantu dengan tuannya.
  6. Jika wanita itu masih gadis, maka ia akan menjadi gadis yang liar dan doyan kelayapan. Menjadi santapan para laki-laki jalanan. Suka bersuara keras di jalan dengan berteriak dan suka tertawa terkekeh-kekeh untuk mencari perhatian laki-laki. Sehingga jauhlah dia dari nilai wanita dan anak yang sholehah.

Dan masih banyak lagi dampak negative yang ditimbulkan dari adanya emansipasi ini.

Akhirnya, wahai para ibu, para gadis, pulanglah kalian ke rumah. Rumah adalh sebaik-baik hijab bagimu. Jangan menjadi wanita jalanan. Emansipasi hanyalah propaganda kaum kafir untuk menghancurkan Islam. Sadarlah bahwa diri kalian berbeda dengan kaum laki-laki. Kalian bertanggung jawab terhadap rumah tangga. Kalian banyak sekali kelemahan. Kalian harus haid setiap bulan, harus hamil, nifas, menyususi dan mengasuh anak. Lakukanlah pekerjaan yang sesuai dengan tabiatmu. Kalian tak bakalan sanggup menandingi kaum pria dalam segala pekerjaan. Ingatlah anak-anak di rumah, siapa yang mendidik mereka agar menjadi generasi Islam yang tangguh yang menolong agama Allah.

 

Sumber :

1. Syaikh Shalih bin Abdullah bin Humaid, EMANSIPASI WANITA, Ditjen Kelembagaan Agama Islam Dept. Agama RI, 2002 (penerjemah Zaenal Abidin, Lc)

2. Majalah Al Furqon, Edisi 2 tahun I

3. Ali Thanthawi, JDC Series on Islam : WAHAI PUTRIKU, Jeddah Dawah Center (tidak disebutkan penerjemahnya)

Komentar»

1. Bajang - Juli 11, 2007

Salam Sdr Arif
Kalau aku perhatikan tulisan tersebut (tidak sempat baca semua) ada benarnya namun perlu diklarifikasi , wanita tidak semata sebagai tempat untuk di salahkan karena secara kodrati antara laki-laki dan wanita memiliki perbedaan (wanita=menyusui, melahirkan, menstruasi dll) yang itu tentunya tidak dimiliki laki-laki, namun dalam kesetaraan yang lain perlu diperhatikan, contoh dalam mendapatkan hak belajar, hak untuk mengungkapkan pendapat dll,coba perhatikan kalau kita berada dalam dunia kemiskinan, ternyata pihak perempuan yang paling mendapatkan dampak dibanding laki-laki hal ini mungkin dipengaruhi dari budaya dll.
sehingga perlu menyikapi secara bijak terhadap hak antara laki-laki dan wanita. tentang tabaruj_ saya yakin jika tabaruj itu di terapkan yang semestinya maka akan berguna dan Allah meridloinya,

untuk mengungkapkan teks/ dalil / ayat / hadist tentunya perlu diperhatikan asbabunnuzulnya sehingga pijakan pendapat tersebut benar-benar mengapresiasi dari isi dalil/ ayat/ hadis tersebut.

salam kenal
Bajang
bajang_72@yahoo.co.id

2. sari - September 10, 2007

saya kurang spendapat dengan apaayang anda tulis…anda menulis seolah-olah ingin menjatuhkan wanita….

3. halimah - Januari 31, 2008

jangan menyalahkan secara langsung terhadap wanita sebab wanita juga manusia, lo bukan itu maksudnya, jadi gimana ya..ya wasiatkanlah kebaikan pada wanita, karena ia tercipta dari tulang rusuk yang bengkok, jika kau paksa meluruskannya maka akan patah dan jika kau biarkan akan tetap bengkok.kalo aku sendiri, masih dalam taraf belajar, tapi pada dasarnya aku bukan emansipator.aku ingin menjadi pendidik saja, tidak mengejar karir perusahaan. akan tetapi harus tetap adil pada orang tua, makanya lagi mikir, kira2 pekerjaan apa yang bisa dikerjakan di rumah tanpa mengganggu kewajiban2ku sebagai wanita. yah, bingung memang…tapi harus terus belajar, sebab Alloh pasti menolong:)

4. Abuzaki - Februari 3, 2008

Membacanya, tidak cukup hanya dengan ‘mengeja’ huruf per huruf dari tulisan itu. Peristiwa kehidupan sehari-hari dalam keluarga yg terjadi di dunia Barat (Eropa & Amerika) terutama yang menyangkut perempuan (ABG, dewasa, STW, tua) harus juga ‘dieja’.

Coba-coba buka website tentang statistik kriminalitas AS yang menyangkut wanita (pelecehan seksual, pemerkosaan, hamil diluar nikah, penyiksaan, perceraian, perzinaan, broken home, seks dibawah umur, dll). Yang semuanya menjadikan wanita sebagai korban.

Para ulama (intelektual) menulis masalah-masalah yang terjadi di masyarakat, setelah sebelumnya mempelajari peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi, agar para pembacanya dapat memahami dan kemudian menjaga diri dan keluarganya dari kehancuran.

Mungkin itu yang perlu kita eja dari tulisan tersebut.

5. kannyd - Februari 4, 2008

Wanita yg kelihatan lemah, namun sesungguhnya mereka berpengaruh besar dlm tumbuh kembangnya suatu peradaban.
Baik / buruknya suatu negara adalah terletak dr wanita.
Bahkan pepatah mengatakan “Behind every great man is great woman”
Jika wanita benar2 menempatkan diri kedalam aqidah Islam yg sesungguhnya, InsyaAlloh akan menjadi baik pula segalanya.
Amiin.

6. Indri setia ningsih - April 10, 2008

Menurut saya agama pun tidak terlalu mengekang untuk wanita bekerja…

Asalkan :
1. Mendapatkan Ridho dari orang tua.
2. Mendapatkan Izin dari Suami apabila sudah bersuami.
3. Bekerja dengan pekerjaan yang halal.
4. Dengan niat Lillahitaalla
5. Dapat menjaga kehormatannya.
6. Punya alasan yang kuat :
a. Menunjang ekonomi apabila si orang tua maupun suami sudah benar-benar tidak bisa berupaya untuk menafkahkan.

7. Sartika - Mei 17, 2008

Saya sependapat dengan beberapa komentar yang telah saya baca. Manurut saya, wanita tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Apalagi kaitannya dengan emansipasi. Saya sendiri mengartikan emansipasi wanita adalah sesuatu yang positif. Sudah seharusnya memang wanita mengurus segala tetek bengek urusan rumah tangga,,tetapi wanita juga perlu tahu cara yang baik untuk mengurus urusan itu, sehingga wanita juga berhak mendapatkan pendidikan tinggi selayaknya kaum laki-laki.

Saya pun yakin dengan beberapa wanita karir di luar sana, yang bekerja, tetapi mereka tidak lupa akan tugas mereka di rumah. Banyak wanita yang telah melakukan itu. Bekerja pada siang hari, sedangkan pagi dan malam hari mereka mengurus rumah dan anaknya. Semuanya tergantung pada diri masing-masing wanita tersebut,,apakah ia akan menjadi wanita yang telah dibutakan dengan feminisme dan emansiipasi ataukah ia akan menjadikan emansipasi sebagai ‘additional’ ilmu dalam hal mengurus rumah tangganya-seperti yang seharusnya ia jalankan..

8. tuti - Juni 5, 2008

saya kurang sependapat dengan tulisan saudara.tidak selamanya wanita bekerja dipersalahkan, dan hanya ingin mencari kebebasan diluar rumah untuk tugas yang seharusnya menjadi kewajibannya.
ada kalanya mereka juga harus bekerja untuk menopang kehidupan berumah tangga, membantu perekonomian, walau pun mereka tidak berniat sepenuhnya untuk itu akan tetapi keadaan memaksa. tidak sepantasnya mereka dipersalahkan, mereka telah membantu dan mengorbankan hati nuraninya untuk tetap dirumah dan menjadikan rumahnya sebagai surga.dan saya lebih tidak setuju lagi wanita yang belajar (mencari ilmu di bangku sekolahan) dikatakan tidak perlu, hanya bertujuan mencari ijasah, menjadi liar, doyan kelayapan ….. bla.. bla…
bukan kah lahirnya anak-anak yang cerdas dari ibu yang cerdas pula. jadi sebagai seorang ibu harus membekali diri dengan ilmu, salah satunya dari bangku kuliah. saya fikir Allah pun tidak membedakan jenis kelamin suatu umat untuk menuntut ilmu.

9. Atthu Y, - Juni 25, 2008

Saya sangat sependapat dengan tulisan Anda…
karena dasar penuliasan yang kuat yaitu Al Qur’an…
bila ada yang meragukan tulisan Anda karena mempunyai pandangan lain mengenai emansipasi, tanya pada mereka: “apakah mereka meragukan Al-Qur’an?”…

cukup,biarkan mereka yang memutuskan…

Wassalam

10. SUDIARSA - Juli 8, 2008

assalamualaikum wr
jaman telah berubah sesuai dengan apa yg rosululloh sabdakan, jdi kita nikmatin aja setiap perubahan dengan selalu beistiqfar kepada allahh,,, karena kita tidak bisa merubah sunatullahh…hanya kita sendiri yg bisa menjaga diri kita…
waalaikum salam….wr

11. SUDIARSA - Juli 8, 2008

warning!!
penghuni neraka kebanyakan wanita, karena winita tidak pernah mensyukuri apa yg telah diberikan kepadanya…

12. abu 'abdirrahman - Juli 16, 2008

Artikel di atas insya Allah bukan membatasi hak wanita untuk menuntut ilmu. Para ulama yang lain pun telah menjelaskan bolehnya wanita untuk menuntut ilmu dan bahkan bekerja (tentu saja dengan syarat2 tertentu yg harus dipenuhi). Artikel di atas sifatnya masih umum dan berkaitan dengan kondisi jaman yang semakin rusak. Yang terbaik adalah berserah diri dengan ketetapan Allah dan Rasulnya..

13. musafir kecil - Juli 27, 2008

Emasnsisapi, Makhluk Apa sih…???
semoga bermanfaat……..

14. Ummu Ghifari - Agustus 21, 2008

Yup.. sebaik2nya wanita tempatnya adalah di rumah, berbakti, menimba ilmu untuk diberikan kepada anak2nya dan keluarganya.

Terimakasih atas tulisannya….

15. Muhammad fizainuri ehsan algufron - September 27, 2008

Telah jelas mana yg benar dan salah. Kembalilah kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah serta pemahaman salafus shalih, bukan dgn akal semata..

16. Muhammad fizainuri ehsan algufron - September 27, 2008

Back to alqur’an wa sunnah with salaf understanding

17. nan a - Oktober 29, 2008

assalamualaikum, kalau sampai sekarang anda masih mempertahankan perndapatnya, maka saya sarankan untuk mengkaji ulang permasalahan ini dengan orang-orang yang berpikiran lebih terbuka. sebagai perempuan saya merasa tersinggung dengan pendapat anda yang berat sebelah dengan mengatasnamakan hadits dan syari’ah islam yang dipahami setengah-setengah. tidak adil menimpakan segala kesalahan dan permasalahan hanya kepada wanita. jika ada seorang yang dengan gamblang bisa dan berani menyalahkan orang lain, maka ia harus introspeksi dirinya sendiri. sungguh Allah menyayangi orang-orang yang mau memahami………..

18. asmi - Januari 31, 2009

Wanita bekerja di luar atau di dalam rumah asal memang untuk kemaslahatan kenapa tidak. Lihatlah pekerjaan seperti dokter, perawat, guru, dll yang memang dibutuhkan oleh sesama wanita. Dengan adanya wanita yang beerja di sektor seperti itu, maka wanita-wanita yang lain akan terbantu. Mereka tidak perlu lagi harus periksa pada dokter laki-laki, karena sudah ada yang wanita. Intinya kalau wanita bekerja adalah untuk kemaslahatan sesama wanita itu sendiri tentunya perlu didukung. Dan para suami hendaknya juga mendukung dan membantu istri.

19. asmi - Januari 31, 2009

maaf koreksi alamat url.

20. Fitri - Maret 31, 2009

Ya Rasulullah tidak membatasi jenis kelamin mana yg boleh bekerja.Beliau mengusulkan agar baik cwe maupun cwo untuk bkerja agar mampu beramal lbh byk.Bahkan Aisyah mengatakan bhwa Rasulullah selalu menyelesaikan pekerjaan rumah sblm brkt bkerja.
Adanya ketentuan2 yg diberatsebelahkan ke pihak wanita,adalah ulah2 golongan tertentu yg khawatir apabila wanita menjadi cerdas&akhirnya tdk bs lagi ditindas secara terselubung di rumah..

21. aaa - April 20, 2009

emansipasi gimana ya… kalo bebas nanti bablas, kalo dikekang banyak yang menentang….

1. emansipasi mulai terwujud coba lihat sekarang lowongan kerja sekarang rata-rata untuk wanita & perkantoran mulai didominasi wanita.

2. sekarang penampilan cewek seperti laki-laki, Rata-rata pada pake celana udah jarang banget yang pake rok.

3. kalo wanita tidak boleh bekerja & tidak boleh menuntut ilmu salah juga…

4. Sekarang lagi musim wanita menceraikan suami.

5. dengan adanya emansipasi ada putri indonesia & dunia, yang pake bajunya pada nganga.

KITA HIDUP DI AKHIR ZAMAN walaupun hanya allah swt yang menentukan kapan zaman ini akan berakhir. tapi kalau melihat emansipasi sekarang udah banyak yang salah artikan nih.

emansipasi akan berjalan lebih baik jika dibarengi dengan pemahaman agama.

22. vhelovera - September 5, 2009

hmm.. seru membahas tentang ini..

Saya perempuan dan saya setuju dengan artikel ini, karena itu adalah sunnah dan wasiat nabi, yang tidak mungkin tampak menyudutkan tapi itu adalah pernyataan yang nyata.

Bukan berarti saya menyudutkan kaum hawa dengan menyetujuinya, namun tepatnya menyayangkan apa yang terjadi pada kaum kami kini (juga pada kaum adam ya ;P) ini berarti ini untuk umum.. bukan per-orangan..

Pada umumnya, tampak jelas sekali penyimpangan wanita-wanita muslim kini, seperti tidak menutup aurat, perempuan yang di fitrahkan perasa, pastinya memiliki ‘doa’ yang berbeda dengan kaum adam, gaya pemikiran, sikap dan pesona-nya pun berbeda. Tapi ide-ide dan kreatifitas, inovasi dsb itu adalah pemberian Allah swt kepada manusia, tidak terlepas pada laki-laki atau perempuan sehingga rasanya tidak salah bila perempuan bicara dan bekerja. Toh, Rasulullah sangat sayang pada istrinya, beliau selalu mendengarkan mereka bicara, mendengarkan ide-ide, pertanyaan atau menyatakan pndapat dan beliau meluruskan dengan lembut. Dan istri-istri-nya adalah salah satu pendorongnya dalam dakwah! yeah!!

sudah dulu deh. hantur nuhun,

*pendapat saja*

23. Maulana Mufti - April 3, 2010

Kebanyakan wanita indonesia sekolah dengan gelar tinggi, tapi itu semua bukan untuk mendidik anaknya sendiri, tapi untuk orang lain,

Lihatlah kenyataan yang ada, para wanita kuliah sampai mendapatkan gelar S1, S2, atau S3, tapi lihat anak mereka, di asuh oleh wanita lulusan SD negeri 1,

kemana S1,S2,S3 yang dikejar??

untuk orang lain, untuk karir, untuk diperas tenaganya, ….

seandainya para wanita kembali ke istananya,…. mendidik anak-anaknya dengan S3 nya,…. tentu akan keluar dari anak-anak mereka para sarjana….

sekedar coretan, jangan ada wanita yang tersinggung ya…..

24. Hutan Rimba - April 20, 2010

Homo facit Patriam….Femina Facit Domum, papatah kuno latin : Laki-2 membangun kerajaan-nya dan wanita membangun keluarganya sang Raja. Pepatah itu sudah kuno sudah gak layak lagi dizaman seperti ini…Laki-2 dan Wanita adalah EQUAL, makan-nya saya paling males liat wanita cium tangan suaminya, akan lebih manis bila wanita tersebut menempelkan pipinya di laki-2 tersebut..lebih Equal. Tulisan diatas seolah-2 dengan dalih agama. membuat wanita terkekang, bisa dibayangkan membangun Rumah tangga saat ini, gila bila hanya mengharapkan sang suami mencari nafkah. Istri juga perlu bertanggung jawab atas kelangsungan keluarganya (bahu membahu bersama sang suami) agar kelak sandang, pangan, papan untuk anak-2 nya tercukupi. sekarang saya balikan ke anda penulis diatas. apabila sang suami meninggal dunia dan sang istri tidak bekerja, siapa yang harus bertanggung jawab atas kelangsungan anak-2 nya..jelas Ibu-nya laah yg bertanggung jawab. akan lebih berdosa lagi bila ibunya tidak memikirkan kelangsungan masa depan anaknya

25. ELDIPA - November 13, 2010

eldipa 14/11/2010
jelas sudah.. bahwa sejarah emansipasi lahir dari wanita2 di eropa yang awalnya menuntut akan kebebasan dari kekangan karena ingin menikmati dunia luar yang banyak aral dan rintangan,, jelas2 mereka tak sesanggup kaum pria dalm menjalani dan mengatasinya ..
jika pendidikan sebagai alasan… tentunya lihat dulu pendidikan yang bagaimana yang harus mereka jalani.. tidak pemahaman2 atau pendidikan yang bertentangan syariat islam yang menuntut mereka beraktifitas sudah tidak sesuai lagi dengan kodratnya seorang wanita muslim..na’uzubillah.. saya mendukung sekali jika mereka kaum wanita menuntut pedidikan bagaimana mendidik anak2 mereka agar supaya hasil karya mereka melahirkan anak-anak yang mampu meneggakkan syari’at Islam..AMIIN..TIDAK DENGAN SETELAH MENYELESAIKAN PEDIDIKAN LALU BEKERJA DAN URUSAN ANAK DISERAHKAN KEPADA PEMBANTU YANG TIDAK TAU CARA MENDIDIK ANAK BAHKAN BISA ANAKNYA BERFIKIRAN SEPERTI WATAKNYA PEMBANTU JUGA..BUKANNYA SAYA MERENDAHKAN PROFESI PEMBANTU TIDAK…TAPI KEEGOISAN WANITA YANG MENUNTUT KESAMAAN DENGAN MENGORBANKAN KASIH SAYANG YANG SEHARUSNYA DIDAPAT ANAK DARI IBUNYA SENDIRI,, SEHINGGA YANG PINTAR HANYA IBUNYA TAPI TIDAK ANAKNYA….BETAPA IRONISNYA JIKA HAL ITU TERJADI…

26. JANGAN NGAKU ISLAM KALAU BELUM ISLAM - Maret 13, 2011

1. Sewaktu Nabi Muhammad SAW bertanya kepada Jibril saat melihat neraka “tempat apakah ini hai Jibril..?? belum pernah Aku melihat tempat seperti ini di atas dunia (maksudnya pembalasan bagi mereka yang ingkar)” dan Jibril menjawab, “inilah neraka…tempat bagi ummat-Mu yang mengikuti perintah-Mu dan meninggalkan larangan-Mu, tapi sayang ya Rasulullah, sangat banyak Ummat-Mu yang akan masuk ke dalamnya (neraka) dan sebagian besar adalah WANITA”
2. Dalam buku “Dosa-dosa Emansipasi” terungkap, bahwa para wanita Eropa (asal mula emansipasi tumbuh)menyadari dampak negatif (Mudarat) dari emansipasi, seperti ; kenakalan remaja (anak-anak mereka, perceraian, perselingkuhan, dan yang paling besar adalah kehancuran rumah tangga.
3. Indonesia bukan negara Islam, Islam sebagai Agama keturunan, silahkan lakukan survei sendiri, tanyakan kepada mereka (wanita) “kenapa kamu beragama Islam?” sangat sedikit atau mungkin tidak ada yang akan menjawab “karena Islam ajaran yang benar”. Jawaban yang paling populer adalah “karena orang tua saya Islam”
4. Jelas…tidak ada satu Ayat dalam Al-Quran dan Hadist yang membahas tentang istilah “EMANSIPASI” maka janganlah kita perdebatkan,karena sejarah, arti dan makna EMANSIPASI tidak secuilpun ada dalam Al-Quran dan Hadist. Tetapi tentang Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Wanita telah jelas dalam Al-Quran dan Hadist.
5. Watawasaubil haq watawasaubissobri, semoga penulis artikel ini mendapat pahala yang setimpal. Bagi kaum yang ingkar, ingatlah bahwa azab Allah akan mereka terima di akhirat kelak.
6. Mungkin tidak ada lagi implementasi ajaran Islam yang benar2benar sesuai dengan tuntutan ajaran Islam kecuali di Arab Saudi. Lihatlah…hukum di Arab Saudi, mengharamkan wanita muslim tampil di Media Cetak dan Elektronik dan sebagainya. Merupakan contoh begitu Islami.
7. Wanita baik akan mendapat suami yang baik, wanita kafir akan mendapat suami yang kafir. Wanita “yang ngaku Islam” (Jilbab dalam) tapi tetap kerja di luar rumah (alasan ekonomi, emansipasi, dll) adalah Istri dari suami yang tidak memahami dan mengerti Islam, dan mereka itu telah mendustai Agamanya (KAFIR)
8. Sekali lagi….Watawasaubil haq watawasaubissobri
9. Wassalammualaikum Warahmatullah….

27. Amiruddin Hidayat - Januari 19, 2012

Persamaan dan Kesetaraan Gender…,
Emansipasi…,
Semua itu adalah produk2 peradaban Barat dan Kaum Kuffar yang sama sekali tidak memberi peluang bagi Alloh (Alqur’an) dan Rasul-Nya (Sunnah) untuk bisa tegak di Bumi Alloh…
Jadi, bagi siapa saja yang merasa muslim, namun masih mengagungkan Kesetaraan Gender dan Emansipasi, maka sesungguhnya anda telah melarang dan mengusir Alloh swt untuk mengatur anda sebagai Hamba-Nya. Jika demikian sebaiknya anda istighfar dan segera kembali kepada murninya ajaran Islam sesuai Alquran dan Sunnah. Bukan justru menjadi pembebek ajaran Barat dan Kuffar dengan Kesetaraan Gender dan Emansipasinya…

Wallohu’alam bishshowab…


Tinggalkan Balasan ke vhelovera Batalkan balasan