jump to navigation

BAHAYA KHURUJ (MELAWAN) TERHADAP PEMERINTAH[1] Februari 24, 2009

Posted by arifardiyansah in Umum.
5 comments

Oleh
Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi Al-Atsari

Gerakan khuruj (pemberontakan) dan inqilab (melancarkan kudeta) terhadap suatu pemerintahan (yang sah) bukanlah sarana untuk memperbaiki masyarakat. Bahkan justru memicu timbulnya kerusakan di tengah masyarakat.

Khuruj terhadap pemerintah muslim, bagaimana pun tingkat kezhalimannya, merupakan bentuk penyimpangan dari manhaj Ahlus Sunnah (Wal Jama’ah). Ada dua macam bentuk khuruj, (1). Khuruj dengan memanggul senjata (2). Khuruj dengan perkataan dan lisan.
(lebih…)

KEMBALILAH KEPADA ISLAM…!!! Februari 24, 2009

Posted by arifardiyansah in Umum.
Tags:
add a comment

Keberadaan kaum muslimin di Indonesia sebagai mayoritas penduduknya adalah suatu kebanggaan bagi kita. Namun ada satu hal yang sangat disayangkan, bahwa mayoritas mereka jauh atau sangat jauh dari agama Islam yang mulia ini. Akibatnya mereka menjadi mudah terombang-ambing oleh gelombang fitnah (ujian) yang tidak henti-hentinya melanda seperti gelombang lautan yang silih berganti. Sehingga kita dapati sebagian mereka dengan mudah dan murah melepaskan agamanya begitu saja hanya karena secuil iming-iming dari orang-orang kafir. Jika demikian, tidak heran kalau kaum muslimin menjadi lemah, rendah, hina dan kehilangan kemuliaannya di mata dunia.

Sesungguhnya keadaan seperti ini telah disinggung oleh Rasulullah n dalam sabdanya,

“Jika kalian melakukan perdagangan dengan cara ‘inah (praktek riba dengan tipu daya -pen), ridha dengan pertanian, kalian pegangi ekor-ekor sapi dan kalian telah meninggalkan jihad, Allah pasti akan menimpakan kehinaan kepada kalian. Dia tidak akan mencabut kehinaan itu sampai kalian kembali kepada agama kalian.” [Riwayat Abu Daud, lihat ash-Shahihah no: 11]

Dari hadits ini nampak dengan jelas, ketika kemuliaan telah hilang tidak ada jalan untuk meraihnya kembali melainkan dengan mendekat, mengenal, mempelajari, mengamalkan dan mendakwahkan agama ini sampai kita benar-benar telah kembali kepada agama ini.

Kenapa Harus Islam?

Kemuliaan yang Allah jadikan bersumber dari agama Islam tidak lain karena Islam adalah agama yang paling sempurna dan satu-satunya agama yang Allah ridhai. Allah l berfirman,

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu.” [Al-Maidah: 3]

Dalam ayat lain Allah l berfirman,

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.” [Ali ‘Imran: 19]

Oleh karena itu Allah tidak akan menerima agama lain setelah datangnya agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah n. Allah l berfirman,

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” [Ali ‘Imran: 85]

Rasulullah n bersabda,

“Demi (Allah) yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak ada seorang pun dari umat ini (umat yang hidup setelah diutusnya Nabi Muhammad n -pen) baik Yahudi maupun Nashrani yang mendengar tentang aku kemudian dia mati dalam keadaan tidak beriman terhadap risalah yang aku bawa melainkan dia akan menjadi penghuni neraka.” [Riwayat Muslim no: 281]

Hakikat Islam

Maksud kembali kepada Islam adalah kembali kepada Islam dengan hakikat yang sebenarnya. Lalu apa hakikat Islam yang sebenarnya?

Islam adalah agama yang dilandasi dengan dua kalimat syahadat, laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah. Orang yang beragama Islam adalah orang yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi selain Allah (laa ilaaha illallah) dan bahwa Muhammad n adalah utusan Allah (Muhammad Rasulullah). Tidak cukup dengan ucapan, dia juga harus memahami, membenarkan, meyakini, menerima, jujur dan ikhlas dalam mengucapkannya, mencintai, tunduk dan mengamalkan kandungan kalimat syahadat ini.

Kalimat laa ilaaha illallah memiliki kandungan agar kita beribadah hanya kepada Allah l, tidak beribadah kepada selain-Nya. Kita pasrahkan diri dan urusan kita hanya kepada-Nya, karena Dia adalah satu-satunya dzat yang menguasai kita, Dialah yang menguasai manfaat dan mudharat pada diri kita. Bersamaan dengan itu kita harus mengingkari, menolak dan meninggalkan seluruh sesembahan selain Allah. Sebagaimana Allah l berfirman,

“Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut (apa saja yang disembah selain dari Allah) dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus.” [Al-Baqarah: 256]

Adapun kalimat Muhammad Rasulullah memiliki kandungan agar kita membenarkan seluruh berita yang disampaikan oleh beliau, menaati beliau dengan melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya dan beribadah kepada Allah dengan tuntunan yang telah beliau ajarkan kepada umatnya. Selain itu, kalimat ini berkonsekuensi agar kita mengingkari, menolak dan meninggalkan segala bentuk peribadahan kepada Allah yang dilakukan dengan perkara-perkara bid’ah (perkara baru dalam agama yang tidak pernah dituntunkan oleh Rasulullah n dan para sahabatnya).

Imam Malik v berkata, “Barangsiapa membuat perkara baru di dalam Islam yang dia anggap sebagai kebaikan, berarti dia telah menyangka bahwa Muhammad n mengkhianati risalah. Karena Allah telah berfirman, ‘Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu..’ Maka apa saja yang bukan merupakan agama pada hari itu, pada hari ini pun bukan merupakan agama.”

Dari sini kita ketahui bahwa Islam yang hakiki adalah dengan merealisasikan dua syahadat ini, melaksanakan tauhid dengan menjauhi syirik dan ittiba’ (meneladani, mengikuti dan mencontoh) Rasulullah n dengan menjauhi perkara bid’ah. Sebagaimana dikatakan oleh para ulama bahwa Islam adalah menyerahkan diri kepada Allah dengan tauhid, tunduk kepada-Nya dengan ketaatan, dan berlepas diri dari kesyirikan, bid’ah dan para pelakunya.

Mudah-mudahan tulisan singkat ini menggugah kita untuk menilai diri, apakah kita benar-benar telah melaksanakan Islam yang hakiki atau sebaliknya?Wallahu a’lam.

(ditulis oleh: ustadz Abu Ubeidillah)

Dari Majalah Nikah